Senin, 06 Oktober 2014

Bukan Karena Agamamu

Di dunia ini selalu ada anomali. Hal yang tidak sesuai dengan seharusnya. Dipandang aneh atau dipandang mengagumkan. Berbalik dari semua keadaan. Berbalik dari tuntunan. Tidak sesuai aturan.  Bila setiap orang sibuk membicarakan agama sebagai syarat utama memilih perempuan yang ada di luar sana.

Aku?

Mungkin akulah anomali. Sebab aku mencintaimu bukan karena agamamu. Bukan karena kebaikan agama yang ada padamu. Bukan karena shalat rutinmu atau kerudung panjangmu. Bukan karena tilawahmu apalagi hafalanmu. Toh, kamu tidak memiliki semua itu. Aku juga tidak.

Setiap kali orang bertanya, tak takutkah aku akan keselamatanku?

Aku bertanya dalam hati, mengapa mereka sibuk menilaiku dan menilai orang lain. Menilai pantas dan tidaknya. Apa yang mereka tahu tentang hidupku dan hidupmu. Bukankah mereka hanya melihat dari mata, mendengar kabar dari telinga. Seandainya mereka menjadi aku dan menjalani hidupku seperti apa, apakah mereka akan berkata hal yang sama?

Bila aku memilihmu bukan karena agamamu. Apakah kau masih akan bertanya-tanya? Lalu kau mematut-matut diri dan bertanya tentang rambutmu yang tergerai. Atau tentang sulitnya kamu membaca huruf kitab suci?

Bila kau khawatir karena hal itu. Aku tidak. Karena aku percaya setiap manusia itu bisa berubah. Dan aku melihat itu padamu. Aku hanya ingin membersamai dan menjaga perubahanmu atau mungkin mengawal dan menjaga arahnya. Kita sama-sama ingin berubah ke arah yang baik. Kita bisa berjalan bersama-sama ke arah yang sama. Saling menjaga.

Jika kamu masih bertanya, kira-kira apa yang membuatku cinta. Aku justru akan bertanya kepadamu, kira-kira apa yang membuatmu ragu-ragu? Maka, aku akan menjawab keraguanmu. Kamu suka kepastian kan?

Bandung, 26 April 2014 | (c)kurniawangunadi