Bismillahirrahmanirrahim..
“ Lihat wanita itu bang ?? “ sahabatku menunjuk seorang wanita berjilbab, sekilas ku lihat memang wanita anggun.
“ Aku mencintainya bang, tapi setiap kali aku mendekatinya, dia
menjauhiku. Entah apa maksudnya. Dia tidak pernah membalas SMS ku bahkan
aku pernah nekat mengiriminya surat,namun nasibnya sama. Tak berbalas “
sahabatku yang bernama Tio pun tertunduk.
“ Kau sudah pernah melamarnya ?? “ aku bertanya.
“ Boro-boro bang, aku ini masih kuliah. Abang juga kan masih
kuliah, dia juga kuliah. Mau di kasih makan apa, batu?? “ aku melihatnya
tertawa. Aku tersenyum melihatnya.
“ Kalo aku jadi kamu, udah aku lamar enggak pake lama deh “ aku menatapnya.
“ Kalo abang udah mikir mau ngasih makan batu, silahkan aja “ dia pun melanjutkan tawanya. Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala.
Tak lama setelah perbincangan itu aku mengetahui namanya. Lathifah.
Nama yang bagus, itu pun aku ketahui dari Tio yang keceplosan menyebut
namanya. Aku hanya sekilas melihatnya lagi. Setelah itu hanya mengetahui
Lathifah dari Tio.
Lama aku mengenal Lathifah dari Tio, begitu seringnya Tio menceritakan
Lathifah padaku. Aku hanya sebagai pendengar setia setiap curhatan
nya.
“ Gimana Yo, lama aku tak mendengarmu menyebut namanya, katanya cinta “
kataku memulai pembicaraan yang telah lama tidak ku ketahui kabarnya.
“ Enggak tahu deh bang, capek aku mikirin dia. Enggak ada kepastian “ timpalnya.
“ Dia itu seorang muslimah Yo, aku yakin dia enggak pernah kepikiran
pacaran apalagi mau pacaran. Kepastian dia Cuma lamaran Yo, kalo kamu
berani melamarnya. Aku yakin kamu akan mendapatkan kepastian. Kalo kamu
masih enggak mau juga, buat aku saja yaa “ aku terkekeh melihat raut
wajahnya yang langsung berubah jadi cemberut.
“ Aahh.. sudahlah bang, kalo jodoh juga dia enggak akan lari “
“ Kata siapa enggak bakalan lari ?? Yang namanya jodoh itu harus di
kukuhkan dengan pernikahan,kalo enggak yaa sampai kapanpun jodoh akan
lari. Dari mana kamu tahu kalo dia jodohmu kalo kamu enggak mau nyoba
buat mengukuhkannya dengan pernikahan”
“ Cerewet amat si bang, si amat aja enggak cerewet kayak abang “ aku tertawa mendengar ejekannya.
Ada suara ketukan di pintu kamar ku. Aku bergegas berdiri dari depan meja tempatku berjuang menyelesaikan tugas-tugasku.
“ Kenapa kamu Yo ?? “ aku mengerenyitkan dahi,melihat muka Bima lesu. Seperti habis memikul sesuatu yang berat.
“ Lathifah akan menikah bulan depan bang, aku di beri tahu sahabatnya “
Tio melangkahkan kakinya menuju tempat tidurku, lalu telentang dan
menutup kepalanya dengan bantal.
Aku membuka bantalnya, melihat Tio menangis. Tak ada salahnya seorang
laki-laki menangis, toh dia juga manusia biasa yang mempunya fitrah
dengan sebuah perasaan yang membebaninya.
“ Terus kenapa kamu menangis “
“ Aku kecewa bang, lama sudah aku ngejar-ngejar dia. Masa ada cowok
baru dateng minggu kemaren ke rumahnya, udah dia terima aja jadi calon
suaminya “ Dia kembali menangis.
“ Emang calon suaminya salah ya kalo mau ngelamar Lathif ??”
“ Ya enggak Bang, Cuma aku duluan yang suka sama Lathif, dia kan datangnya belakangan “ aku tersenyum mendengarkan pembelaannya.
“ Hey sob, Siapa yang suka duluan atau yang suka belakangan itu enggak
di perhitungkan sob. Kalo siapa yang duluan ngelamar, itu baru perlu di
pertimbangkan. Ini dari dulu di suruh ngelamar, enggak berani, sekarang
udah di lamar orang lain, kamu malah nangis-nangis. Emangnya dia di suruh
nugguin ketidak pastianmu apa “ Kataku panjang lebar.
“ Bukan Cuma itu bang, dia ternyata juga suka sama aku. Itu kata
sahabatnya si Lathif, Cuma aku nya ngajak pacaran mulu, makanya dia enggak
mau nerima aku. Aku baru tahu kalo dia sedang nunggu aku, Cuma karna dia
seorang muslimah dia benar-benar menjaga kehormatannya…aaahhhh…aku
nyesel bang “ dia kembali menutupkan wajahnya pada bantal.
“ Nyesel selalu datang terlambat ya, kalo datangnya duluan namanya
bukan penyesalan atuh, tapi perencanaan buat nyesel nantinya “ Aku
mencoba mencairkan suasana. Tapi tetap saja tangisnya belum mereda.
“ Makanya, kalo cinta jangan Cuma di katakan, tapi di khitbah biar bisa jadi istri. Kalo udah di ambil orang, baru kerasa efeknya “
Lemparan bantal ke arahku menandakan dia sedang kecewa berat. Namun
pelajaran berarti saat ini untuk menuju sebuah kedewasaannya dalam
berfikir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar